Jumat, 29 April 2011

Tugas Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi

Membangun
Community of
Knowledge Lewat 3G

Keberadaan tekhnologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, tekhnologi 3G berguna untuk memperoleh informasi, entertainmen, atau sebagai mobile office.
Roy Suryo pakar komunikasi dan telematika hobi mengoprek (mengutak-atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang. Semakin lama Ia ikuti, semakin menyenangkan. Dari hobi itu, Ia tahu tekhnologi membuat hidup lebih nyaman. Tekhnologi Ia ikuti sebagai bagian dari kehidupan.
Tekhnologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat dari sosialisasi, edukasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu yang membuat Ia semakin konsen terlibat di dalamnya. Mereka gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya untuk hal agamis. Road show ke kampus-kampur ini juga mengajak masyarakat menggunakan fasilitas yang ada secara positif. Mereka bisa manfaatkan, jangan hanya untuk konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.
Semua perangkat ini memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada ambang batasnya . Di Amerika, ada FCC (Federal Communication Commission) yang menguji kelayakan produk elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik. Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal. Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang mampu kreativitas, perlu dibina. Makanya, daripada ngoprek yang kriminal, disalurkan ke operator saja. Mereka libatkan dan mereka gali kreasinya.
Solusinya agak sulit kalau tekhnologi hanya dilawan dengan tekhnologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Tekhnologi tak bisa dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara adaptasi masyarakat terhadap tekhnologi berbeda-beda. Mereka menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-tech dengan adanya 3G. Tekhnologi jangan dilawan, tapi dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Semua punya keterlibatan dalam perkembangan tekhnologi. Mulai operator, vendor, tokoh-tokoh masyarakat media, dan juga masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Mari menciptakan komunitas knowledge. Dari komunitas ini, mereka punya ide dan harapan yang dapat dikembangkan bersama.

Selasa, 12 April 2011

MENULIS PUISI BERDASAR PENGALAMAN


MENULIS PUISI BERDASAR PENGALAMAN
     Apakah kamu senang menulis puisi? Dari mana sumber inspirasi menulis puisi? Puisi merupakan ungkapan hati. Sumber inspirasi menulis puisi dapat berasal dari bermacam-macam hal. Seperti, perasaan kamu, seseorang, keindahan alam, peristiwa yang terjadi, hewan kesayangan, pikiran kamu, khayalan kamu, atau hal-hal yang lain. Pengalaman yang kamu alami pun dapat menjadi sumber inspirasi.
     Setelah mendapatkan sumber inspirasi, lalu bagaimana cara menuliskannya menjadi puisi? Menulis adalah merangkai kata-kata. Perbanyaklah kosakatamu sehingga kamu dapat merangkai kata-kata dengan baik dan menulis puisi yang indah. Agar puisi yang kamu tulis menarik, pergunakanlah imajinasi kamu sekreatif mungkin.
     Ketika kamu menulis puisi, bentuk puisi tidak harus berwujud bait demi bait yang terdiri dari beberapa baris. Kamu dapat menulis sesuai keinginanmu sendiri. Kadang-kadang, puisi dibuat dengan wujud atau bentuk tertentu. Seorang penyair dapat menulis ciptaanya seperti prosa atau paragraf. Ada juga yang menulis puisi berbentuk lingkaran, atau bentuk lain-lain. Pada umumnya, melalui bentuk-bentuk puisi tersebut, penyair ingin menyampaikan suatu maksud. Selain itu, ada juga yang sekedar gaya saja tanpa maksud tertentu, hanya untuk membuat puisi yang ditulis terlihat menarik dan berkarya seni.
     Bentuk puisi yang bebas menurut keinginan sang penyair tersebut merupakan puisi modern. Dalam puisi lama, penulisan puisi terikat oleh syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat tersebut, antara lain:
1.     irama,
2.     persamaan bunyi/sajak
3.     pengelompokan baris,
4.     pemilihan kata yang tepat,
5.     jumlah baris pada setiap bait,
6.   banyaknya suku kata pada setiap baris.
Disadur dari buku “Aktif Berbahasa Indonesia” Untuk SMP/MTs Kelas VII
Disusun Oleh: Dewi Indrawati dan Didik Durianto.