KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikm
Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “KALIMAT EFEKTIF”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan
kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang
berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu, tujuan dari penyusunan makalah
ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas.
Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi
konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam
penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak
pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Ciamis, 13 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
Latar
belakang .............................................................................................. 4
Rumusan
masalah ......................................................................................... 5
Tujuan
pembahasan ....................................................................................... 5
Manfaat
pembahasan .................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
Pengertian
kalimat efektif ............................................................................. 6
Unsur-unsur
kalimat efektif .......................................................................... 6
Ciri-ciri
kalimat efektif ................................................................................. 12
Syarat
kalimat efektif ................................................................................... 18
Struktur
kalimat efektif ................................................................................ 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 20
Kesimpulan ................................................................................................... 20
Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan
manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu
berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau
penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara
jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima
oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini
disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
efektif dengan segala permasalahannya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan kalimat
efektif?
2.
Apa saja unsur-unsur kalimat?
3.
Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4.
Apa syarat yang mendasari kalimat
efektif?
5.
Bagaimana struktur kalimat efektif?
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Agar tidak
terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar
2. Mengetahui
apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga
kemurnian bahasa Indonesia
D.
MANFAAT
PEMBAHASAN
1.
Manfaat untuk diri sendiri: agar
bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat efektif.
2.
Manfaat untuk kelompok: agar kita
bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif
dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan
atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
B.
UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur
kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama
lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu
subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni
subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam
suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S)
adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi
oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih
jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
a.
Ayahku sedang
melukis.
b.
Meja direktur besar.
c.
Yang berbaju batik dosen saya.
d.
Berjalan kaki menyehatkan
badan.
e.
Membangun jalan layang sangat
mahal.
Kata-kata
yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata
dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh
klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal
terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa
Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda
(konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi
S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap
merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang
berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian
juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan
pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri
di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa
(yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau
tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang
tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
a.
Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b.
Di sini melayani obat generic.
c.
Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a)
sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa
yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada
contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P)
adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. Termasuk juga sebagai P dalam
kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. Predikat
dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau
adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan
contoh berikut:
a.
Kuda meringkik.
b.
Ibu sedang tidur siang.
c.
Putrinya cantik jelita.
d.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e.
Kucingku belang tiga.
f.
Robby mahasiswa baru.
g.
Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata
yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada
kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat
(c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat
(d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f)
memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan
jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini
contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada
perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
a.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b.
Kantor kami yang terletak di Jln.
Gatot Subroto.
c.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun
contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu
diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang
berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan
kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto dan Bandung terkenal
sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). Karena tidak ada informasi
tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a),
(b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang
pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan
kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O)
adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina,
frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba
transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di
bawah ini.
a.
Nurul menimang …
b.
Arsitek merancang …
c.
Juru masak menggoreng …
Verba
transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi
oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang
yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a.
Nenek mandi.
b.
Komputerku rusak.
c.
Tamunya pulang.
Objek dalam
kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila
kalimatnya dipasifkan.
a.
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk
Basuki (O)
2)
Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina
Hingis.
b.
1) Orang itu menipu adik saya (O)
2)
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
4. Pelengkap
(pel)
Pelengkap
(P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh
O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina,
frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a.
Ketua MPR membacakan
Pancasila.
S P O
b.
Banyak orpospol berlandaskan
Pancasila.
S P Pel
Kedua
kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang
menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif
adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan
oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila
sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam
kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila
dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain
yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan
frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa
preposisional.
Di samping
itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam
kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan
bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap
dalam kalimat.
a.
Sutardji membacakan pengagumnya puisi
kontemporer.
b.
Mayang mendongengkan Rayhan Cerita
si Kancil.
c.
Sekretaris itu mengambilkan
atasannya air minum.
d.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah
bludru.
e.
Pamanku membelikan anaknya rumah
mungil.
5. Keterangan (ket)
Keterangan
(Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian
kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan
maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS
KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
|
Jenis keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh pemakaian
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di kamar, di kota
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari Manado, dari sawah
Pada permukaan
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
|
Sekarang, kemarin
Pada pukul 5 hari ini
Dalam 2 hari ini
Sepulang kantor
Sebelum mandi
Sesudah makan
Selama bekerja
Sepanjang perjalanan
|
3.
|
Alat
|
dengan
|
Dengan pisau, dengan mobil
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya/agar kamu faham
Untuk kemerdekaan
Bagi masa depan
Demi orang tuamu
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan cara
Dengan jalan
|
Secara hati-hati
Dengan cara damai
Dengan jalan berunding
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu sama lain
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti angin
Bagaikan seorang dewi
Laksana bintang di langit
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena perempuan itu
Sebab kegagalannya
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan adiknya
Bersama orang tuanya
Beserta saudaranya
|
C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat
mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat
berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang
dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan
kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat itu
mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a.
Bagi semua mahasiswa perguruan
tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b.
Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a.
Penyusunan laporan itu saya dibantu
oleh para dosen.
b.
Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat
itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a.
Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b.
Saat itu
bagi saya kurang jelas.
Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a.
Kami datang agak terlambat. Sehingga
kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat
menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a.
Kami datang
agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang
terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b.
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
c.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a.
Bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami yang terletak di depan
bioskop Gunting.
Perbaikannya
adalah sebagai berikut:
a.
Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami
terletak di depan bioskop Gunting.
2) Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a.
Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a)
tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau
dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b)
tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat
itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat
(di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan
negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden
mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa
dan negaranya.
Penekanannya Harapan
presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan
mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan
mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu
tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah
yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan
di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan
pengulangan subjek.
Perhatikan
contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat
itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui
bahwa presiden datang.
Perbaikan
kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak
berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan
contoh:
a.
Ia memakai baju warna merah.
b.
Di mana engkau menangkap burung
pipit itu?
Kata merah
sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit
sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu
dapat diubah menjadi
a.
Ia memakai
baju merah.
b.
Di mana
engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a.
Dia hanya membawa badannya saja.
b.
Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini
dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak
menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa
orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang
dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.
Mahasiswa perguruan tinggi yang
terkenal itu menerima hadiah.
b.
Dia menerima uang sebanyak dua puluh
lima ribuan.
Kalimat (a)
memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b)
memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan
kalimat berikut.
Yang
diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini
salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi,
Yang diceritakan ialah putra-putri
raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele
dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita
hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan
yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
b.
Kalimat yang
padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan
kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu
berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c.
Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata
kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini:
a.
Mereka membicarakan daripada
kehendak rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas tentang desain
interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
Seharusnya:
a)
Mereka membicarakan
kehendak rakyat.
b)
Makalah ini
akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang
dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
D.
SYARAT-SYARAT
KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat
kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1.
Secara tepat mewakili pikiran
pembicara atau penulisnya.
2.
Mengemukakan pemahaman yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca
atau penulisnya.
E.
STRUKTUR
KALIMAT EFEKTIF
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki
kesatuan bentuk, sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan
arti. Kalimat yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan
sekaligus kesatuan arti. Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau,
tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu
memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang terdapat di
dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang
jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan
aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi
bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak
dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya
menulis surat buat papa. Efek yang ditimbulkannya akan sangat lain, bila
dikatakan:
1.
Buat Papa menulis surat saya.
2.
Surat saya menulis buat Papa.
3.
Menuis saya surat buat Papa.
4.
Papa saya buat menulis surat.
5.
Saya Papa buat menulis surat.
6.
Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun
kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan. Kesalahan
itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas
fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu
juga tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah
biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian.
Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati
hokum yag sudah dibiasakan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ø
Kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Ø
Unsur-unsur dalam kalimat meliputi :
subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
Ø
Ciri-ciri kalimat efektif yaitu :
Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan,
kelogisan.
B.
SARAN
1)
Bagi para pendidik
Para
pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia
yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar
mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara
pendidik dengan peserta didik.
2)
Bagi calon pendidik
Para calon
pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai
materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan
pedidik.
3)
Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekolah
sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam
bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman
dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S.
1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza,
Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak,
Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
http:////Pengertian,
Ciri, dan Penggunaan Kalimat Efektif.html.